Selasa, 25 Oktober 2011

KETERBATASAN AIR BAKU DALAM PROSES SPAB BAGI PRASARANA WILAYAH PERKOTAAN


Seluruh mahluk hidup di dunia membutuhkan air sebagai sarana vital dalam keberlangsungan hidupnya. Banyak kisah-kisah lama yang menceritakan bagaimana manusia jaman dahulu dalam mencari air. Suatu daerah yang berkembang adalah daerah yang dekat dengan sumber air. Kota-kota besar umumnya berada di muara sungai atau di pinggir sungai besar . Komunitas binatangpun akan melakukan exodus dari satu tempat yang mengalami kekeringan menuju ke tempat yang memiliki sumber air yang banyak.

Pada tulisan kali ini penulis mencoba untuk mengangkat masalah air baku dalam sistem penyediaan air bersih sebagai prasarana wilayah perkotaan. Dalam diagram dibawah ini digambarkan secara singkat hubungan antara masalah yang muncul (input) dan bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut dan bagaimana hasil dari langkah penyelesaian tersebut (output) sampai pada satu kesimpulan bahwa Ketersediaan Air Baku adalah prasyarat utama dalam sistem penyediaan air bersih terutama di wilayah perkotaan.
 
Diagram Input Output Permasalahan Air Bersih di Perkotaan
A.   INPUT TIDAK TERKENDALI

1. Perubahan Iklim Dunia

Perubahan iklim global merupakan salah satu akibat dari pemanasan global (global warming). Pemanasan global atau Global Warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.  Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.

2. Curah Hujan Tidak Menentu.

Dampak perubahan iklim di Indonesia sangat terasa karena posisi geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan dan berada di 2 benua sehingga dengan pemanasan global membuat adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim.  Pada suatu daerah bisa terjadi hujan terus menerus tetapi di daerah lain bisa saja terjadi kekeringan akibat berbulan-bulan tidak terjadi hujan. 

3. Bencana Alam

Hal ini merupakan rentetan dari akibat dari akibat perubahan iklim yang terjadi. Bencana kekeringan, banjir, longsor dan lain-lain terjadi. Dalam kondisi ini sumber air sangat sulit diperoleh.
Kali Malang, Sumber Air Baku bagi PAM Jakarta


B.    INPUT TERKENDALI

1. Topografi / Kontur Tanah

Data mengenai topogarafi sangat diperlukan untuk mengetahui dan mencari seberapa besar pressure yang dibutuhkan untuk memompa air dari tempat yang rendah menuju ke tempat yang lebih tinggi.

2. Jumlah Penduduk (domestik)

Jumlah penduduk dipergunakan untuk mengetahui seberapa banyak suatu wilayah atau kota membutuhkan air bersih. Data ini juga dalam perencanaan harus dihitung berdasar trend kenaikan jumlah penduduk, sehingga kebutuhan air pada masa datang bisa diantisipasi dengan baik.

3. Jumlah Industri (komersial)

Pelanggan industri merupakan pelanggan yang membutuhkan air sangat banyak apa bila dibanding dengan pelanggan biasa (domestik). Pelanggan komersial ini secara jumlah jauh lebih sedikit daripada jumlah pelanggan domestik. Perbandingan kedua tipe pelanggan ini dari sisi  jumlah biasanya antara 20 (komersial) : 80 (domestik), tetapi sebaliknya dari sisi pemakaian air.

4. Debit Sumber Air Baku (sungai, dam, waduk, dll)

Air baku yang ada harus dihitung berapa besar debitnya untuk dibandingkan dengan kebutuhan yang ada. Apabila satu sumber air tidak cukup memenuhi kebutuhan maka harus dicari alternatif sumber yang lain.

5. Kualitas air baku.

Secara kualitas air baku yang akan dieksplorasi harus di ketahui kualitas airnya. Hal ini untuk disesuaikan dengan syarat air baku yang ada. Selain itu juga untuk mengetahui type pengolahan air yang akan digunakan.

6. Luas area aliran air.

Hal ini tekait dengan besar pressure yang harus disediakan sehingga air bersih bisa sampai hingga pelanggan terjauh dari Bangunan Instalasi Pengolahan Air Minum.


C.   INPUT LINGKUNGAN

1.    Peraturan-peraturan yang terkait.

-   Kepmenkes RI No 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat Kualitas Air Minum.

-  PP RI No 82 th 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.

-    Kepmeneg Lingkungan Hidup  No : KEP-39/MENLH/8/1996 tentang Jenis Usaha Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

-  PP RI NO 67 thn 2005 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Iinfrastruktur.

-    Permendagri No 23 thn 2006 tentang Pedoman Teknis Dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada PDAM

-    UU RI No 7 thn 2004 tentang Sumber Daya Air.

-  Permen PU no 18/PRT/M/2007 thn 2007 tentang Penyelenggaraan Pengem- bangan Sistem Penyediaan Air Minum

-    WHO Standard for Drinking Water Quality

- Perda DKI No 1 thn 2004 tentang Tentang Pajak Pengambilan dan atau Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan atau Air Permukaan / PPABT-AP Untuk Wilayah Provinsi DKI Jakarta.

2. Target / Program MDG’s

Sasaran Pembangunan Milenium  atau dalam bahasa inggris Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut. Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.  Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia dimana salah satu butirnya adalah mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.

3. Pola Pikir Masyarakat

Sebagaian masyarkat di perkotaan tidak sedikit yang kurang mempunyai kesadaran betapa pentingnya menjaga kualitas air baku. Biasanya mereka adalah sekelompok orang yang tidak mempunyai pendidikan cukup. Sebagian besar mereka masih beranggapan bahwa air yang mereka gunakan sehari-hari adalah air bukan hasil dari pengolahan. Sehingga seenaknya menggunakan air bahkan melakukan pencurian air baik karena ketidak-tahuan atau ketidak pedulian mereka. Membuang sampah ke sungai, atau membuat karamba ikan di situ atau dam yang ada sehingga menyebabkan terjadinya pendangkalan akibat sampah atau tumbuhan air menjadi banyak sehingga akarnya mengikat lumpur.



D.  OUTPUT YANG DIHARAPKAN

1. Terjaminnya kualitas, kuantitas dan kontinyuitas bagi warga perkotaan.

Dengan air baku yang sesuai dengan standar baku yang sudah ditetapkan dengan jumlah yang banyak dan terjaga dengan baik maka diharapkan output yang dihasilkan adalah air bersih yang relatif mudah didapat oleh masyarakat baik secara kualitas, kuantitas maupun kontinyuitasnya.

2. Harga jual murah dan terjangkau oleh masyarakat.

Air bersih merupakan kebutuhan semua orang, baik golongan mampu maupun yang kurang mampu, maka harga jual air bersih harus terjangkau oleh semua golongan. Ongkos produksi yang mahal bisa disiasati dengan cara subsidi silang berdasar tingkat atau golongan pelanggan. Tugas pemerintah melalui badan regulator, badan pengawas, pemda dan DPRD melakukan pengawasan dalam masalah ini sesuai amanat UU 1945 pasal 33 bahwa setiap hal yang terkait dengan hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara.

3. Kenyaman dan kesehatan warga kota terjaga.

Masyarakat yang mendapat kepastian tersedianya air bersih yang sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan membuat mereka menjadi nyaman untuk tinggal dan bekerja di daerah tersebut, serta jauh dari penyakit.

4. Kegiatan industri berjalan dengan lancar.

Produktifitas masyarakat melalui kegiatan industri, perdagangan, transportasi dll, tetap terjaga dan diharapkan selalu meningkat.


Salah satu sungai yang mengalir di kota Bekasi


E.  OUTPUT YANG TIDAK DIHARAPKAN

1.  Tarif air bersih menjadi mahal.

Dengan ongkos produksi yang tinggi ditambah dengan inflasi yang hampir terjadi setiap tahun maka bisa dipastikan harga jual sebagai ganti dari biaya produksi ditambah dengan keuntungan bagi pengusaha menjadi semakin mahal. Ongkos produksi setiap daerah tentu tidak sama, hal ini terkait langsung dengan kemampuan per kapita dalam melakukan pembayaran distribusi air bersih.

2. Penggunaan air yang tidak tepat.

Dengan model subsidi silang pada tarif air dengan beberapa tingkat golongan dari golongan sosial sampai dengan industri maka sebagian masyarakat ada yang memanfaatkan kondisi ini dengan menggunakan air secara tidak tepat bahkan menyalah gunakan , misalnya untuk golongan sosial, seperti pada tempat-tempat ibadah, sebagian dijual ke masyarakat dengan tarif yang lebih besar, atau rumah tangga biasa sederhana tetapi digunakan untuk tempat cuci kendaraan atau digunakan untuk industri.

3. Land subsidence bertambah parah.

Tarif air bersih yang mahal bisa mengakibatkan masyarakat mengalihkan kebutuhan air bersihnya pada sumur dalam / bor baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Hal ini tetntu memperparah land subsidence atau penurunan muka tanah menjadi lebih cepat. Terkait dengan penggunaan sumur dalam ini untuk Pemda DKI sudah mengaturnya dalam perda.


4. Pencurian air / illegal connection marak terjadi.

Selain pengambilan air bawah tanah yang berlebihan bisa jadi pelanggan melakukan pencurian air baik pencurian air baku seperti yang terjadi di sepanjang Kali Malang untuk mengaliri sawah-sawah mereka yang kekeringan atau melakukan pencurian langsung melalui pipa atau meter air yang sudah di rusak sedemikian rupa untuk mengurang tagihan yang muncul.



F.   MANAJEMEN

Untuk mengatasi permasalahan yang muncul atau yang tidak diharapkan maka diperlukan langkah-langkah strategis dalam manajemen sistem pengadaan air bersih. Antara lain :

1. Kontrol dan audit manajemen secara berkelanjutan dan terus menerus.

Lembaga yang ditugasi melakukan pengawasan baik secara teknis maupun non teknis bagi penyelenggara sistem penyediaan air bersih sudah cukup banyak. Hanya masalah konsistensi dan integritas baik oleh auditi maupun auditornya.

2. Koordinasi antar instansi.

Hal ini penting dilakukan sebagai bentuk komunikasi antar instansi sehingga ada satu kesamaan dalam setiap langkah pengembangan infrastruktur yang ada. Contoh koordinasi antar pihak PAM dengan PLN, Telkom, PN Gas dan Dinas PU dalam pengembangan jaringan sehingga tidak terjadi overlap pekerjaan  yang mengakibatkan kenyamanan masyarakat menjadi terganggu. Contoh lain dalam masalah air baku adalah pihak PAM, Perum Jasa Tirta, Pemda yang terkait, Dinas Kehutanan dll, untuk menjaga water catchment area (daerah tangkapan air) untuk menjaga ketersediaan air baku.

3. Tarif progresif dan disinsentif pemakaian.

Untuk mencegah terjadi pemborosan air dan pemakaian air yang tidak tepat perlu adanya kebijakan tarif progresif, dimana pelanggan yang menggunakan air secara hemat akan membayar jauh lebih murah dibanding pelanggan yang menggunakan secara boros atau berlebihan hal ini karena tarif yang berlaku tidak berdasar tarif linier tapi progresif.

Selain itu penyelenggara PAM harus mendapat keuntungan dalam kerangka yang wajar dan untuk menutupi biaya produksi yang tinggi (full cost recovery).

4. Perencanaan yang baik dan benar sesuai peraturan yang ada.

Dengan perencanaan baik dan benar baik dari sisi teknis maupun non teknis maka diharapkan tujuan untuk mendapatkan air bersih yang berkualitas, dengan jumlah volume yang sesuai kebutuhan dan bisa dinikmati secara terus menerus serta tarif terjangkau oleh masyarakat akan tercapai.

5. Menekan Non Revenue Water (NRW)

Meningkatkan secara terus menerus SDM yang ada baik dari teknis (penggunaan metode secara baik dan benar) maupun dari sisi non teknis  (attitude, integrity, loyality, discipline) dan bekerja sama dengan aparat hukum sehingga apabila ada pencurian bisa langsung ditindak tegas.

6. Recycle Water dan Refer Osmosis.

Teknologi ini sebenarnya sudah dikenal di Indonesia, hanya karena teknologi ini membutuhkan biaya produksi yang cukup mahal maka tidak seimbang dengan daya beli masyarakat. Recycle water adalah mengolah kembali air yang sudah digunakan sehingga tidak ada yang terbuang menjadi air bersih yang bisa digunakan. Sedangkan Refer Osmosis adalah teknologi dengan menggunakan membran dan bahan kimia tertentu kemudian disemprot air baku dengan pressure yang tinggi sehingga air yang keluar dari saringan ini bisa digunakan sebagai air bersih. Air baku RO bisa dari air laut atau air payau. Pada perusahaan wasta dengan kalangan terbatas teknologi ini sudah digunakan, untuk yang siaftnya mahal masih belum.  Hal ini bisa mengatasi kelangkaan air baku. Dinegara maju seperti Singapura program ini dinamakan dengan nama NEWater.

7. Menjaga daerah resapan air.

Banyak daerah tangkapan air yang sudah berkurang, oleh karena itu perlu ada kebijakan untuk mengembalikan fungsi daerah tangkapan air ini, seperti reboisasi hutan yang gundul, mengembalikan fungsi lahan sesuai dengan perencanaannya (hutan lindung banyak yang beralih fungsi menjadi villa atau tempat wisata), memperbanyak sumur resapan, dll.




Sekian dan terimakasih.



Sumber :



-  Pakailah Air Secukupnya, Harian Kompas, Jum’at 08 Juli 2011

-  Pengelolaan Air Bersih, Tengoklah Ke Singapura, Harian Kompas, Jum’at 08 Juli 2011

-  Ancaman Ego Sektoral, Suhartono, Kompas, Jum’at 08 Juli 2011

-  Sektor Air dan Sanitasi perlu Belajar dari Negara-negara Tetangga, Majalah Air Minum Edisi 184 Januari 2011.

-  Semua PDAM Harus Sehat Tahun 2014, Majalah Air Minum Edisi no 174, Maret 2010 
- Sumber Air Baku dan Problematikanya, Yon Suyono, http://aladintirta.blogspot.com

Rabu, 15 Juni 2011

Jaringan Pipa Air Minum

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa untuk mengalirkan air dari mulai air baku hingga sampai ke pelanggan sebuah perusahaan air minum dapat dipastikan menggunakan saluran air tertutup atau biasa dinamakan dengan pipa. Hal tersebut karena air yang mengalir di dalamnya selain akan dikonsumsi oleh manusia sehingga harus dijaga kualitasnya sehingga memenuhi syarat-syarat air minum juga harus dijaga kuantitasnya karena air tersebut sudah bernilai ekonomi setelah dilakukan pengolahan.

Ada beberapa macam pipa jika dilihat dari fungsinya, yaitu :
      1.  Pipa Air Baku
Penulis saat pekerjaan pipa intake WTP Dam Muka Kuning Batam
      Dari sumber air baku menuju ke bangunan pengolahan, air perlu ditangkap atau disedot menggunakan pompa intake. Sehingga diperlukan jaringan pipa untuk membawa air baku tersebut. Warna pipa air baku in biasanya diwarnai dengan warna hijau sebagai tanda bahwa air yang lewat belum diolah. Rangkaian jaringan pipa itu terdiri dari : 
-          Pipa Intake
Pipa dari sumber air baku ke pompa sentrifugal dilengkapi strainer pada bagian bawah pipa. Apabila menggunakan pompa submersible tidak diperlukan strainer. Terletak di dalam bangunan intake. Dilengkapi dengan valve dan pressure gauge.
Rangkaian pipa intake
-          Jaringan pipa yang membawa air dari sumber air baku pada bangunan intake hingga ke instalasi pengolahan air bersih. Pipa ini biasanya dari DCIP atau dari pipa baja yang dilapis dengan semen pada bagian dalamnya. Pipa air baku ini berdiameter besar antara DN 300 s/d DN 2000 tergantung dari besar kapasitas bangunan Instalasi Air Minum (IPA). Pada jaringan pipa air baku ini biasanya dilengkapi dengan meter air baku untuk memantau debit air yang lewat. Pada beberapa daerah meter yang tercatat digunakan untuk dasar retribusi pembayaran dari pengelola air bersih kepada badan yang berwenang terhadap pengelolaan air baku atau pihak Pemda.

      2.  Pipa Instalasi Bangunan IPA.
Pipa bagian dalam ini yang menghubungkan antara satu bagian bangunan ke bangunan lainnya. Bahan pipa dibuat dari baja yang dipabrikasi sedemikian rupa sesuia dengan desain bnagunan IPA. Jenis pipa instalasi ini antara lain :
-          Pipa sludge (lumpur).
Pipa ini untuk membuang limbah atau floc hasil dari flokulasi dan koagulasi. Biasanya terdapat di flokulator dan di clarifier. Warna pipa ini adalah hijau.
Pekerjaan Pipa Air Scouring
-          Pipa back wash.
Fungsi pipa back wash untuk mengalirkan air yang digunakan untuk melakukan pembersihan pada media filter yang ada. Air ini merupakan air yang dikembalikan menggunakan pompa yang bertekanan. Pipa ini diberi warna biru karena air telah melewati proses pengolahan dan sudah bersih.
-          Pipa Air Scouring.
Pipa ini digunakan untuk menyalurkan udara yang dihasilkan oleh blower sebagai bagian dari proses pembersihan media filter yang ada. Biasanya pipa ini dibuat dari stainless steell dan tentunya tidak perlu dilakukan pengecatan. Pada bagian bawah filter media juga ditemukan pipa lateral untuk penempatan dari nozzle filter media yang merupakan rangkaian dari pipa air scouring. Biasanya terbuat dari PVC. Pipa ini tertutup oleh beton dan yang kelihatan hanya bagian kepala nozzlenya saja kemudian ditutup dengan filter media.
-          Pipa Dozing.
Pekerjaan pipa lateral filter
Media pipa inilah yang digunakan untuk membawa bahan kimia yang telah dicampur dan diaduk di bak pencampuran bahan kimia dan didorong dengan pompa dozing. Pipa ini biasanya dari bahan PVC.
-          Pipa Service.
Pencampuran bahan kimia dibutuhkan air bersih, pipa inilah yang menyalurkan air yang berasal dari clearwell. Selain untuk pencampuran bahan kimia, air ini digunakan untuk pembersihan, toilet atau lainnya. Sebaiknya pipa layanan ini juga dilengkapi dengan meter air supaya bisa dideteksi berapa banyak air yang keluar.
-          Pipa Distribusi.
Setelah melewati seluruh proses pengolahan dan diberi desinfektan maka air siap dikirim dengan ditekan oleh  pompa distribusi. Warna pipa ini tentu dengan warna biru.  Kelengkapan pipa ini selain dengan valve juga dipasang pressure gauge (alat pengukur tekanan). Batas pipa ini hingga valve terakhir sebelum pipa transmisi.
  
      3.   Pipa Transmisi.
Pipa Transmisi PT. Adhya Tirta Batam dalam pekerjaan
Pipa transmisi merupakan pipa utama atau pipa induk yang membawa air bersih sebelum didistribusikan pada suatu daerah. Pipa ini biasanya berada di dalam tanah, ada pula yang muncul di permukaan tanah dan diberi warna biru. Pipa biasanya terbuat dari pipa baja yang dilapis dengan semen pada bagian dalam atau pipa DCIP dengan diameter dari berbagai macam ukuran, biasanya yang terkecil pipa DN 300. Kelengkapan atau asesoris pipa biasanya tidak terlalu banyak seperti valve standar dan air valve (apabila mencapai level tertentu dan lebih tinggi dari level rata-rata pipa) biasanya di jembatan pipa yang melintas sebuah sungai.

      4.   Pipa Distribusi Utama.
      Pipa ini melayani sejumlah wilayah tertentu setelah pipa transmisi, di beberapa tempat dinamakan District Meter Zone (DMZ). Pipa ini dilengkapi valve dan meter DMZ (District Meter Zone), untuk memantau volume air yang lewat. Bahan pipa lebih beragam jenisnya, mulai dari pipa DCIP, GIV (sudah jarang dipakai), pipa PE, PVC, dll.

      5.    Pipa Distribusi.
Pipa ini melayani sebagian wilayah yang lebih kecil atau biasa disebut Sub DMZ. Dilengkapi juga dengan meter Sub DMZ. Pipa inilah yang masuk ke lingkungan suatu wilayah.
      
      6.   Pipa Tersier.
Pipa ini yang melayani hingga ke jaringan pipa pelanggan. Pada beberapa tempat disebut dengan pipa dinas. Batasnya antara ambur hingga ke meter pelanggan. Besar pipa sangat tergantung dari debit yang dibutuhkan oleh pelanggan dan besar meter pelanggan. Bahan pipa terbuat dari GIV (sudah jarang dipakai), PVC dan yang banyak dipakai sekarang adalah pipa PE (Poly Ethilene). Asesoris yang ada adalah standar valve, kran, check valve (optional), lockable valve dan meter pelanggan.

Pipa sebagai media bisa mengalirkan air karena adanya tekanan yang diakibatkan oleh gravitasi atau pompa. Dalam perjalanan dari IPA hingga ke pelanggan yang tentunya sangat banyak maka tentu perlu manajemen atau pengaturan pipa yang ada. Dimulai dari jenis atau bahan pipa, dimensi pipa dan yang tidak kalah penting adalah jenis jaringan pipa. Pada kesempatan kali ini penulis hanya akan menulis jenis jaringan pipa air minum. 

1.   Jaringan pipa bercabang.
Tipe jaringan ini biasanya lebih efisien jika digunakan pada daerah yang mempunyai kepadatan rendah. Di daerah pedesaan atau daerah yang belum banyak penduduk umumnya jaringan hanya dibuat satu jalur dengan beberapa cabang. Jenis jaringan ini rentan mengalami gangguan aliran air. Apabila ada ruas pipa yang harus diperbaiki atau diganti maka jaringan yang terkait dengan ruas pipa tersebut otomatis harus mengalami gangguan aliran atau mati air. Selama jaringan terus belum diperbaiki maka selama itulah wilayah tersebut tidak mendapat aliran air.
      
      2.   Jaringan pipa terhubung.
Jenis jaringan ini biasa juga disebut loop. Type jaringan seperti ini akan terhubung satu sama lain, terutama pada pipa distribusinya. Hal ini akan sangat menguntungkan pada daerah yang padat penduduknya atau perkotaan dimana elevasi tanahnya relatif sama. Pada gambar jelas terlihat ada tiga pipa distribusi utama yang saling terhubung satu sama lain dan juga terhubung dengan pipa transmisi. Daerah layanan akan lebih aman, apabila ada salah satu ruas yang mengalami gangguan, hal ini tidak mengakibatkan daerah layanan pipa tersebut mengalami gangguan aliran air.  

Dari kedua type jaringan tersebut tentu akan lebih mudah perencanaannya pada type bercabang dibanding dengan type loop. Kedua gambar diatas merupakan contoh yang sangat sederhana. Dengan permasalahan yang sangat kompleks perencanaan desain bisa dibantu dengan komputer lewat program-program yang sudah ada.


Sekian