Rabu, 15 Juni 2011

Jaringan Pipa Air Minum

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa untuk mengalirkan air dari mulai air baku hingga sampai ke pelanggan sebuah perusahaan air minum dapat dipastikan menggunakan saluran air tertutup atau biasa dinamakan dengan pipa. Hal tersebut karena air yang mengalir di dalamnya selain akan dikonsumsi oleh manusia sehingga harus dijaga kualitasnya sehingga memenuhi syarat-syarat air minum juga harus dijaga kuantitasnya karena air tersebut sudah bernilai ekonomi setelah dilakukan pengolahan.

Ada beberapa macam pipa jika dilihat dari fungsinya, yaitu :
      1.  Pipa Air Baku
Penulis saat pekerjaan pipa intake WTP Dam Muka Kuning Batam
      Dari sumber air baku menuju ke bangunan pengolahan, air perlu ditangkap atau disedot menggunakan pompa intake. Sehingga diperlukan jaringan pipa untuk membawa air baku tersebut. Warna pipa air baku in biasanya diwarnai dengan warna hijau sebagai tanda bahwa air yang lewat belum diolah. Rangkaian jaringan pipa itu terdiri dari : 
-          Pipa Intake
Pipa dari sumber air baku ke pompa sentrifugal dilengkapi strainer pada bagian bawah pipa. Apabila menggunakan pompa submersible tidak diperlukan strainer. Terletak di dalam bangunan intake. Dilengkapi dengan valve dan pressure gauge.
Rangkaian pipa intake
-          Jaringan pipa yang membawa air dari sumber air baku pada bangunan intake hingga ke instalasi pengolahan air bersih. Pipa ini biasanya dari DCIP atau dari pipa baja yang dilapis dengan semen pada bagian dalamnya. Pipa air baku ini berdiameter besar antara DN 300 s/d DN 2000 tergantung dari besar kapasitas bangunan Instalasi Air Minum (IPA). Pada jaringan pipa air baku ini biasanya dilengkapi dengan meter air baku untuk memantau debit air yang lewat. Pada beberapa daerah meter yang tercatat digunakan untuk dasar retribusi pembayaran dari pengelola air bersih kepada badan yang berwenang terhadap pengelolaan air baku atau pihak Pemda.

      2.  Pipa Instalasi Bangunan IPA.
Pipa bagian dalam ini yang menghubungkan antara satu bagian bangunan ke bangunan lainnya. Bahan pipa dibuat dari baja yang dipabrikasi sedemikian rupa sesuia dengan desain bnagunan IPA. Jenis pipa instalasi ini antara lain :
-          Pipa sludge (lumpur).
Pipa ini untuk membuang limbah atau floc hasil dari flokulasi dan koagulasi. Biasanya terdapat di flokulator dan di clarifier. Warna pipa ini adalah hijau.
Pekerjaan Pipa Air Scouring
-          Pipa back wash.
Fungsi pipa back wash untuk mengalirkan air yang digunakan untuk melakukan pembersihan pada media filter yang ada. Air ini merupakan air yang dikembalikan menggunakan pompa yang bertekanan. Pipa ini diberi warna biru karena air telah melewati proses pengolahan dan sudah bersih.
-          Pipa Air Scouring.
Pipa ini digunakan untuk menyalurkan udara yang dihasilkan oleh blower sebagai bagian dari proses pembersihan media filter yang ada. Biasanya pipa ini dibuat dari stainless steell dan tentunya tidak perlu dilakukan pengecatan. Pada bagian bawah filter media juga ditemukan pipa lateral untuk penempatan dari nozzle filter media yang merupakan rangkaian dari pipa air scouring. Biasanya terbuat dari PVC. Pipa ini tertutup oleh beton dan yang kelihatan hanya bagian kepala nozzlenya saja kemudian ditutup dengan filter media.
-          Pipa Dozing.
Pekerjaan pipa lateral filter
Media pipa inilah yang digunakan untuk membawa bahan kimia yang telah dicampur dan diaduk di bak pencampuran bahan kimia dan didorong dengan pompa dozing. Pipa ini biasanya dari bahan PVC.
-          Pipa Service.
Pencampuran bahan kimia dibutuhkan air bersih, pipa inilah yang menyalurkan air yang berasal dari clearwell. Selain untuk pencampuran bahan kimia, air ini digunakan untuk pembersihan, toilet atau lainnya. Sebaiknya pipa layanan ini juga dilengkapi dengan meter air supaya bisa dideteksi berapa banyak air yang keluar.
-          Pipa Distribusi.
Setelah melewati seluruh proses pengolahan dan diberi desinfektan maka air siap dikirim dengan ditekan oleh  pompa distribusi. Warna pipa ini tentu dengan warna biru.  Kelengkapan pipa ini selain dengan valve juga dipasang pressure gauge (alat pengukur tekanan). Batas pipa ini hingga valve terakhir sebelum pipa transmisi.
  
      3.   Pipa Transmisi.
Pipa Transmisi PT. Adhya Tirta Batam dalam pekerjaan
Pipa transmisi merupakan pipa utama atau pipa induk yang membawa air bersih sebelum didistribusikan pada suatu daerah. Pipa ini biasanya berada di dalam tanah, ada pula yang muncul di permukaan tanah dan diberi warna biru. Pipa biasanya terbuat dari pipa baja yang dilapis dengan semen pada bagian dalam atau pipa DCIP dengan diameter dari berbagai macam ukuran, biasanya yang terkecil pipa DN 300. Kelengkapan atau asesoris pipa biasanya tidak terlalu banyak seperti valve standar dan air valve (apabila mencapai level tertentu dan lebih tinggi dari level rata-rata pipa) biasanya di jembatan pipa yang melintas sebuah sungai.

      4.   Pipa Distribusi Utama.
      Pipa ini melayani sejumlah wilayah tertentu setelah pipa transmisi, di beberapa tempat dinamakan District Meter Zone (DMZ). Pipa ini dilengkapi valve dan meter DMZ (District Meter Zone), untuk memantau volume air yang lewat. Bahan pipa lebih beragam jenisnya, mulai dari pipa DCIP, GIV (sudah jarang dipakai), pipa PE, PVC, dll.

      5.    Pipa Distribusi.
Pipa ini melayani sebagian wilayah yang lebih kecil atau biasa disebut Sub DMZ. Dilengkapi juga dengan meter Sub DMZ. Pipa inilah yang masuk ke lingkungan suatu wilayah.
      
      6.   Pipa Tersier.
Pipa ini yang melayani hingga ke jaringan pipa pelanggan. Pada beberapa tempat disebut dengan pipa dinas. Batasnya antara ambur hingga ke meter pelanggan. Besar pipa sangat tergantung dari debit yang dibutuhkan oleh pelanggan dan besar meter pelanggan. Bahan pipa terbuat dari GIV (sudah jarang dipakai), PVC dan yang banyak dipakai sekarang adalah pipa PE (Poly Ethilene). Asesoris yang ada adalah standar valve, kran, check valve (optional), lockable valve dan meter pelanggan.

Pipa sebagai media bisa mengalirkan air karena adanya tekanan yang diakibatkan oleh gravitasi atau pompa. Dalam perjalanan dari IPA hingga ke pelanggan yang tentunya sangat banyak maka tentu perlu manajemen atau pengaturan pipa yang ada. Dimulai dari jenis atau bahan pipa, dimensi pipa dan yang tidak kalah penting adalah jenis jaringan pipa. Pada kesempatan kali ini penulis hanya akan menulis jenis jaringan pipa air minum. 

1.   Jaringan pipa bercabang.
Tipe jaringan ini biasanya lebih efisien jika digunakan pada daerah yang mempunyai kepadatan rendah. Di daerah pedesaan atau daerah yang belum banyak penduduk umumnya jaringan hanya dibuat satu jalur dengan beberapa cabang. Jenis jaringan ini rentan mengalami gangguan aliran air. Apabila ada ruas pipa yang harus diperbaiki atau diganti maka jaringan yang terkait dengan ruas pipa tersebut otomatis harus mengalami gangguan aliran atau mati air. Selama jaringan terus belum diperbaiki maka selama itulah wilayah tersebut tidak mendapat aliran air.
      
      2.   Jaringan pipa terhubung.
Jenis jaringan ini biasa juga disebut loop. Type jaringan seperti ini akan terhubung satu sama lain, terutama pada pipa distribusinya. Hal ini akan sangat menguntungkan pada daerah yang padat penduduknya atau perkotaan dimana elevasi tanahnya relatif sama. Pada gambar jelas terlihat ada tiga pipa distribusi utama yang saling terhubung satu sama lain dan juga terhubung dengan pipa transmisi. Daerah layanan akan lebih aman, apabila ada salah satu ruas yang mengalami gangguan, hal ini tidak mengakibatkan daerah layanan pipa tersebut mengalami gangguan aliran air.  

Dari kedua type jaringan tersebut tentu akan lebih mudah perencanaannya pada type bercabang dibanding dengan type loop. Kedua gambar diatas merupakan contoh yang sangat sederhana. Dengan permasalahan yang sangat kompleks perencanaan desain bisa dibantu dengan komputer lewat program-program yang sudah ada.


Sekian

Selasa, 14 Juni 2011

Jumlah Cabang pada Pipa Kecil


Postingan kali ini menjawab pertanyaan dari salah seorang sahabat yaitu berapa banyak Pelanggan / SSR yang bisa dilayani oleh pipa dengan dimensi kecil ?

Pertanyaan diatas masih terlalu luas karena untuk menentukan berapa banyak maka harus jelas kriteria pendukungnya. Sebenarnya dalam mengalirkan air, satu pipa air tidak ada batasan maximum berapa banyak pipa tersebut bisa dicabang. Hal tersebut tergantung dari dari besar kecilnya debit air dan tekanan yang masuk ke pipa tersebut. Seperti kita ketahui dalam perhitungan desain pipa berlaku rumus :

Q = V. A

dimana :                           Q     :  Debit Air (m3/dtk)
                                        V     :  Kecepatan (m/dtk)
                                        A     :  Luas penampang pipa (m2)


Kemudian untuk pipa yang bercabang dimana satu pipa utama dibagi kepada beberapa pipa cabang sehingga didapatlah rumus : 
 
Kemudian untuk menentukan besarnya tekanan yang ada di pipa, kita bisa menggunakan rumus atau persamaan Bernoulli. Sebelumnya kita lihat ilustrasi gambar dibawah ini :



 
Biasanya setiap perusahaan air minum akan menentukan besaran standar tekanan yang berada di jaringan dan yang menjadi patokan adalah besar tekanan yang berada diujung meter air pelanggan. Idealnya suatu tekanan air di ujung meter air pelanggan sebesar 1,5 bar. Dengan ukuran ini maka air masih bisa mengalir hingga ke lantai 3, tanpa menggunakan pompa. Dari gambar kita bisa melihat adanya perbedaan tekanan antara di ambur dengan di meter air. Dengan persamaan Bernoulli kita bisa menghitung besarnya perbedaan tekanan tersebut :

 
Dimana :

Z              = elevasi (tinggi tempat)

          = tinggi tekanan

          = tinggi kecepatan

D             = diameter pipa (m)

L              = panjang pipa

v              = kecepatan aliran (m/det)

g              = gravitasi (m/det2)

f               = koefisien kehilangan energi gesekan pipa

k              = koefisien kehilangan energi primer/sekunder akibat gesekan pipa

 

Contoh :

Pipa panjang 100 m dengan diameter 2”, jenis pipa HDPE dengan koef gesek f = 0,015. Perbedaan tekanan dititik A menuju titik B adalah 1 kg/cm2 (4 bar). Hitung debit alirannya :


 
Perbedaan tekanan antara A dan B  P  = 1 kg/cm2 = 10.000 kg/m2.
 
Karena pipa horizontal maka (z1 = z2) dan kecepatan aliran sepanjang pipa aliran adalah sama v1=v2  Maka persamaan diatas dapat ditulis menjadi :




Sehingga :   
 
0,015 x (100/0,05)x (v2/(2x9,18)) = 10.000/1.000

                V = 13,55 m/det


Debit aliran adalah :  Q   = A.v  

                                           = ¼ x π x 0,052 x 13,55

                                           = 0,0266 m3/det.



Dengan debit tersebut dibagi menjadi 20 pelanggan (asumsi, lebar rumah 5 meter), maka masing-masing pelanggan secara teknis akan memperoleh 0,00133 m3/det atau sama dengan 1,3 ltr/det.

Debit tersebut diberikan kepada pelanggan dengan asumsi pipa pelanggan ¾”, maka di dapat



v = Q/A    = 0,00133/ (¼ x 3,14 x 0,022) = 4,235 m/det. Dengan menggunakan persamaan Bernoulli maka besar tekanan yang diharapkan bisa diperoleh.



Kesimpulannya adalah bahwa jumlah pelanggan sangat tergantung dari besar pressure dan debit yang mengalir dalam suatu pipa. Dengan besar pipa yang sama, pelanggan bisa bertambah jumlahnya jika pressure yang diberikan pada pipa juga ditambah sehingga berpengaruh kepada debit. Sebaliknya apabila pressure berkurang atau dikurangi maka pelanggan tidak akan mendapat debit sesuai yang diharapkan.



Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah adanya keseimbangan antara tekanan dengan debit yang keluar dari pipa tersebut, apabila diperkirakan debit air yang keluar sedikit maka pressure hendaknya diperkecil, caranya dengan mematikan sebagian pompa yang ada apabila menggunakan pompa langsung atau dengan menutup sebagian valve distribusi yang ada apabila pressure didapat dengan cara gravitasi. Hal ini dilakukan untuk penghematan juga untuk mengurangi jumlah kebocoran, karena apabila pressure terlalu besar yang terjadi adalah air akan mencari titik lemah yang ada seperti pada sambungan atau di ambur, lebih ekstrim lagi bisa terjadi water hammer atau air balik. Maka dari itu di bagian distribusi ada istilah pressure management.



Sekian