Setelah penulis mengajak pembaca untuk berdiskusi tentang meter tamper dan beropini tentang meter air prabayar, sekarang penulis mengajak pembaca untuk berdiskusi tentang akurasi meter air.
Seperti kita ketahui bersama bahwa permasalahan pokok yang sekarang dihadapi oleh Perusahaan Air Minum di Indonesia adalah tingginya angka kehilangan air. Setelah air dialirkan dari SPAM melalui pipa menuju jaringan pelanggan sudah sulit untuk mengidentifikasi kehilangan air tersebut. Sulit untuk membagi prosentase antara kehilangan air secara teknis maupun secara komersial. Tidak ada lagi alat yang digunakan untuk mengukur kehilangan air pada jaringan pipa selain meter air. Untuk menurunkan angka 1% saja sangat sulit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi meter air diantaranya adalah :
1. Faktor Kelas Metrologi .
1. Faktor Kelas Metrologi .
Dalam SK SNI S-01-1990-F berdasar nilai besaran Qmin (debit minimal) dan Qt (debit transisi) meter air dibagi menjadi 3 kelas metrologis dengan Qn (debit normal) kurang dari 15 m3/jam. Kelas A Qmin = 0,04 Qt = 0,1Qn; Kelas B Qmin = 0,02Qn Qt = 0,08Qn; Kelas C Qmin = 0,01Qn Qt = 0,015Qn. Sedang dalam peraturan ISO 4064-1:1993 ditambah dengan kelas D Qmin = 0,0075Qn, Qt = 0,0115Qn.
Dari grafik disamping ini apabila kita mempunyai meter dengan debit normal (Qn) sebesar 100 l/jam maka pada kelas C air akan mulai terbaca pada 0,6 l/jam dengan error margin hingga ± 5% dan akan terbaca dengan baik mulai pada saat debit transisi yaitu 1,5 l/jam dengan margin error hingga ± 2% hingga mencapai debit maximum yaitu 2xQn yaitu 200 l/jam. Pada kelas B air akan mulai terbaca pada 3 l/jam dengan error margin hingga ± 5% dan akan terbaca dengan baik mulai pada saat debit transisi yaitu 20 l/jam dengan margin error hingga ± 2% hingga mencapai debit maximum yaitu 2xQn yaitu 200 l/jam.
Grafik ini jelas menunjukan bahwa tingkat akurasi dari kelas C lebih baik dibanding dengan kelas B. Dari sisi hargapun kelas C lebih mahal daripada kelas B sehingga banyak perusahaan air minum yang memasang meter kelas B dengan pertimbangan biaya.
2. Faktor Instalasi Meter Air.
2. Faktor Instalasi Meter Air.
Selain faktor kelas maka faktor lain yang mempengaruhi akurasi meter air adalah factor pemasangan instalasi. Pada meter jenis multijet atau singlejet akan terbaca sesuai dengan kelasnya apabila terpasang secara horizontal. Tidak sedikit petugas instalasi atau kontraktor melakukan pemasangan yang karena keterbatasan pengetahuan atau keterbatasan lokasi, meter air dipasang secara vertical akibatnya meter air tidak terbaca akurat. Pemasangan asesoris yang tidak tepat seperti pemasangan kran atau elbow sebelum meter yang terlalu dekat sehingga mengakibatkan turbulensi pada aliran air dan berdampak pada akurasi meter. Idealnya meter air dipasang setelah asesoris pada jarak 10x diameter pipa. Bisa saja untuk mengatasi keterbatasan lokasi meter dipasang flow straightener untuk menormalisasi aliran air. Hal ini biasa terjadi pada meter besar pada pelanggan non domestik atau pada meter zone area.
3. Faktor Kualitas Air
3. Faktor Kualitas Air
Air yang mengandung pasir atau lepasan material karat pada pipa besi juga akan mempengaruhi akurasi meter air karena akan menghambat laju putaran kipas pada meter jenis multijet bahkan apabila terlalu banyak akan mengakibatkan meter menjadi stuck atau macet, terlebih lagi pada meter jenis volumetric yang sangat peka terhadap kotoran. Penulis pernah membongkar meter yang macet ternyata yang mengakibatkan macet adalah kayu balok sepanjang ± 3 meter yang membujur didalam pipa 3”. Meter yang mengalami stuck atau macet akibat kotoran ini sebaiknya dilakukan tera ulang setelah meter air tersebut dibersihkan. Penulis pernah melakukan tera meter di lapangan dengan menggunakan meter test bench, hasilnya kebanyakan apabila meter tersebut sering tersumbat pasir atau kotoran lain maka meter tersebut menjadi tidak akurat. Kotoran tersebut membuat aliran menjadi turbulen. Jika tidak bisa diperbaiki dengan cara flushing atau setelah tera ulang hasilnya tidak akurat maka meter tersebut harus diganti.
4. Faktor Usia Meter Air.
Pelanggan banyak yang merasa bahwa meter air yang terpasang di rumahnya dalam keadaan normal dan tidak ada masalah. Hal ini karena pelanggan sudah merasa pas dengan akurasi meter air tersebut. Apalagi kalau fisik meter secara kasat mata juga memperkuat keyakinan tersebut. Dengan kondisi ini pelanggan merasa meter airnya tidak perlu diganti.
Grafik di atas menjelaskan bahwa pada saat meter tersebut baru di pasang, efisiensi akurasi baca hingga 97,7%, artinya apabila 100 liter air lewat akan terbaca hingga 97,7 liter, namun setelah 8 tahun terpasang efisiensi akurasi baca turun hingga 84,1% atau 83,6% setelah 9 tahun, artinya dari 100 liter air yang lewat, yang dapat terbaca hanya 84,1 artinya terjadi selisih hingga sekitar 13 liter dibanding meter baru.
Hal ini baru terjadi pada satu meter, kita bisa membayangkan seandainya meter yang kadaluwarsa berjumlah 1.000 (asumsi) meter atau pelanggan. Jumlah kerugiannya adalah 13 liter x 1.000 pelanggan x 1.000 liter (asumsi setiap pelanggan 1 hari 1m3) x 30 hari (1 bulan) = 390.000.000 liter/bulan atau 390.000 m3/bulan. Satu angka yang sangat besar. Hal ini bisa terjadi di satu PAM ukuran sedang dengan jumlah pelanggan antara 30 ribu hingga 70.000 pelanggan. Bagaimana jika terjadi pada PAM besar yang mempunyai pelanggan di atas 100 ribu.
Dari hitungan diatas maka semestinya setiap perusahaan air minum mengharuskan dalam setiap program capex tahunannya mengannggarkan untuk mengganti sejumlah meter yang kadaluarsa. Dari yang penah penulis alami ketika menangani proyek penggantian meter setelah dievaluasi ada selisih hasil pembacaan 3 bulan rata-rata sebelum meter diganti dan 3 bulan rata-rata setelah meter diganti berjumlah ± 15%.
Untuk kondisi meter seperti ini tidak ada kata lain bahwa meter tersebut harus diganti. Penggantian meter itu sendiri tentunya banyak kendala yang dihadapi dan perlu mekanisme dan pengaturan tersendiri (masalah penggantian meter akan dibahas tersendiri oleh penulis dilain kesempatan).
5. Faktor kontinyuitas aliran air.
Bangunan Instalasi Pengolahan Air tidak selamanya bekerja terus menerus. Pada suatu saat pasti mengalami stop operasi yang disebabkan oleh berbagai hal yang bersifat mendadak atau yang sudah direncanakan. Gangguan ini misalnya listrik, pompa, pipa atau minimal pemeliharaan rutin dari IPA itu sendiri yang harus dilakukan secara berkala. Pada saat air tidak mengalir itulah pipa berisi angin. Apabila kran air pelanggan dalam keadaan terbuka maka angin akan masuk dari lubang pipa yang lain akan mendorong kipas pada meter air. Hal ini terjadi pada meter jenis turbin dan tidak akan terjadi pada meter jenis volumetric. Akibatnya adalah hasil bacaan meter tidak sesuai dengan keluarnya air, mengakibatkan complain pelanggan. Hal ini sering terjadi di tempat yang mempunyai topografi lebih tinggi dibanding sekitarnya sehingga mengurangi pressure air. Secara akurasi meter tersebut tidak terpengaruh dengan adanya angin tetapi hasil bacaan meter menjadi tidak sesuai. Sehingga menurut pelanggan meter tidak akurat. Hal ini juga jarang diperhatikan oleh pihak PAM.
6. Faktor produksi pabrikan.
Pabrik Meter Air tentu sudah sedemikian rupa memenuhi standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah seperti SNI atau standar internasional dengan ISO. Bahkan sebagai syarat mereka sudah melakukan tera meter pada pihak yang berwenang yaitu Badan Metrologi dibawah dinas perindustrian dan perdagangan. Dari sekian banyak yang dilakukan pengetesan dipastikan ada yang lolos karena biasanya dari pihak Badan Metrologi dalam melakukan tera kalibrasi menggunakan test sampling, tentunya dengan standart statistic yang dibenarkan.
7. Faktor Dimensi Meter Air yang tidak sesuai dengan pemakaian.
Pada pengajuan sebagai pelanggan baru pihak PAM akan meminta kepada pelanggan untuk mengisi form isian dimana salah satunya adalah berapa banyak kebutuhan air yang akan dipakai per harinya. Form isian yang benar biasanya ada banyak data pendukung lain yang diminta untuk menghitung berapa ukuran meter yang tepat untuk dipasang di property pelanggan. Apabila dimensi meter terlalu kecil sementara permintaan air banyak melebihi debit maximum meter maka meter air akan mudah aus sehingga meter menjadi tidak akurat. Sebaliknya apabila dimensi meter terlalu besar dan pemakaian dibawah debit minimum, apalagi pelanggan mempunyai storage tank yang cukup besar untuk menampung air sehingga seluruh pemakaian air pelanggan diambil dari tank dan pelanggan bisa mengatur flow air yang keluar dari meter sehingga dibawah debit minimum akibatnya adalah meter air tidak mencatat air yang keluar. Biasanya ini terjadi pada pelanggan besar atau Key Account. Misalnya pada industri atau pabrik dengan jumlah karyawan besar kemudian karena satu dan lain hal mengalami kebangkrutan sehingga pabrik tutup dan pemakaian air hanya untuk keperluan MCK saja. Untuk mengatasi hal ini sebenarnya bisa digunakan meter air kombinasi yaitu 2 buah meter air besar dan kecil yang digabung menjadi satu sehingga pada flow besar air masuk ke meter besar jika flow kecil air masuk ke meter kecil. Pencatatan meter kombinasi dengan menjumlahkan pemakaian kubikasi dari kedua meter tersebut. Alternatif lain adalah dengan up-sizing apabila meter terlalu kecil dan down-sizing jika meter terlalu besar, hanya perlu hati-hati untuk melakukan ini karena perhitungan yang tidak cermat hanya akan menimbulkan komplain pelanggan.
8. Faktor tampering / kesengajaan.
Pada tulisan sebelumnya penulis telah membahas masalah tampering ini, tetapi disini penulis akan tuliskan yang banyak dilakukan oleh pelanggan sehingga di beberapa tempat hal seperti itu tidak digolongkan sebagai jenis tampering, yaitu dengan menyedot air menggunakan pompa setelah meter air. Sedotan yang terlalu kuat dengan pompa dapat bisa mengakibatkan rusaknya mekanik bagian dalam meter air. Sehingga turbin meter menjadi cepat aus dan akibatnya meter tidak akurat.
Penulis pernah mengikuti seminar dimana salah satu pembicaranya adalah almarhum Dr. Godman Ambarita mantai Direktur Eksekutif Perpamsi, beliau mengatakan bahwa sekitar 20% dari meter yang dikirim dari pabrikan ke PAM mengalami penurunan akurasi dari berbagai sebab misalnya pada saat packing atau pengiriman/shipping yang melibatkan pihak ke-3.
Di sini pihak PAM dianjurkan untuk melakukan tera ulang secara mandiri di bengkel meternya masing-masing sebelum meter tersebut dipasang di lapangan. Dengan catatan hasil tera meter tersebut tidak boleh menjadi rujukan di eksternal PAM, karena yang berwenang melakukan tera sesuai dengan Undang-undang adalah Badan Metrologi di bawah Dinas Perdagangan dan Perindustrian.
Meter air kombinasi dari www.alwatermeter.com |
Pada pengajuan sebagai pelanggan baru pihak PAM akan meminta kepada pelanggan untuk mengisi form isian dimana salah satunya adalah berapa banyak kebutuhan air yang akan dipakai per harinya. Form isian yang benar biasanya ada banyak data pendukung lain yang diminta untuk menghitung berapa ukuran meter yang tepat untuk dipasang di property pelanggan. Apabila dimensi meter terlalu kecil sementara permintaan air banyak melebihi debit maximum meter maka meter air akan mudah aus sehingga meter menjadi tidak akurat. Sebaliknya apabila dimensi meter terlalu besar dan pemakaian dibawah debit minimum, apalagi pelanggan mempunyai storage tank yang cukup besar untuk menampung air sehingga seluruh pemakaian air pelanggan diambil dari tank dan pelanggan bisa mengatur flow air yang keluar dari meter sehingga dibawah debit minimum akibatnya adalah meter air tidak mencatat air yang keluar. Biasanya ini terjadi pada pelanggan besar atau Key Account. Misalnya pada industri atau pabrik dengan jumlah karyawan besar kemudian karena satu dan lain hal mengalami kebangkrutan sehingga pabrik tutup dan pemakaian air hanya untuk keperluan MCK saja. Untuk mengatasi hal ini sebenarnya bisa digunakan meter air kombinasi yaitu 2 buah meter air besar dan kecil yang digabung menjadi satu sehingga pada flow besar air masuk ke meter besar jika flow kecil air masuk ke meter kecil. Pencatatan meter kombinasi dengan menjumlahkan pemakaian kubikasi dari kedua meter tersebut. Alternatif lain adalah dengan up-sizing apabila meter terlalu kecil dan down-sizing jika meter terlalu besar, hanya perlu hati-hati untuk melakukan ini karena perhitungan yang tidak cermat hanya akan menimbulkan komplain pelanggan.
8. Faktor tampering / kesengajaan.
Pada tulisan sebelumnya penulis telah membahas masalah tampering ini, tetapi disini penulis akan tuliskan yang banyak dilakukan oleh pelanggan sehingga di beberapa tempat hal seperti itu tidak digolongkan sebagai jenis tampering, yaitu dengan menyedot air menggunakan pompa setelah meter air. Sedotan yang terlalu kuat dengan pompa dapat bisa mengakibatkan rusaknya mekanik bagian dalam meter air. Sehingga turbin meter menjadi cepat aus dan akibatnya meter tidak akurat.
******
Dari beberapa factor diatas jelas bahwa ketidak akurasian pada meter sangat merugikan PAM, bisa saja terjadi ketidak akuratan tersebut positif atau lebih dari yang seharusnya, tetapi hal ini akan merugikan pelanggan dan image PAM akan tidak baik. Meter yang sudah tidak akurat walau masih terlihat baru harus diganti. Beberapa PAM menggunakan meter bekas pakai untuk digunakan kembali setelah ditera ulang (meter recondition), bisa dikirim ke pabrik kembali dan oleh pabrikan diambil cangkangnya saja dan mekanik diganti baru. Penulis tidak menyarankan hal tesebut karena beberapa sebab, apalagi seandainya pihak PAM merekondisi sendiri meter airnya. Sebaiknya diganti dengan yang baru. Kesimpulannya adalah ketidak akuratan meter besar atau kecil, positif atau negative akan merugikan kedua belah pihak, baik PAM atau pelanggan.
SEKIAN
waow..... manteb kang ..... ilmu ini sangat bermanfaat baik utk konsumen maupun penyedia layanan
BalasHapusmelek... melek......melekkkk................
syukur kalau memang bermanfaat untuk banyak orang... dan yang jelas saya membutuhkan kirtik, saran dan koreksi yang membangun karena saya masih harus belajar lebih banyak lagi.. @cokro trimakasih perhatiannya...
BalasHapus